Skip to main content

Perjuangan Mualaf Seorang Muslimah Korea

Ayesha Kim, "Mercusuar" Iman bagi Wanita Korea

Dari namanya, orang akan tahu dari mana dia berasal. Ia sengaja tak membuang Kim dari nama barunya, Ayesha, setelah masuk Islam. Kim adalah identitas Koreanya.

Kini ia dikenal sebagai "mercusuar" iman untuk wanita Korea, dan khususnya bagi siswa perempuan negara itu. Dia membimbing mereka menuju jalan Kebenaran Islam. Ia aktif berdakwah, dari kampus ke kampus. Ia lebih menyukai pendekatan logika dalam mengajarkan Islam.

mualaf wanita koreaIslam pertama kali datang pada suaminya, Imam Mahdevoon, yang kini ketua Persatuan Muslim di Korea Selatan. Perdebatan panjang beralhir pada tekad, mereka berdua akan selalu bersama untuk melintasi jalan Kebenaran.

Aisyah mampu menemukan kebenaran di tengah-tengah perang dahsyat yang berkobar ketika ia memilih Islam untuk agamanya. Ia mengadopsi nama Ayesha Islam setelah nama istri mulia Rasulullah SAW. Dia berpikir bahwa akan menjadi sumber berkat bagi dirinya. "Serangan misionaris di Korea sangat gencar, saya nyaris berbelok sebelum dalam Islam yang saya menemukan kebenaran yang saya yakini."

Ketika ditanya tentang keterlibatan awal dirinya dengan Islam, ia pertama diam dan memejamkan mata, seolah-olah dia berusaha mencari sesuatu yang tersembunyi dalam relung hatinya. Setelah beberapa saat terdiam, ia melanjutkan, ia ingin ketenangan dalam hidup. Suaminya, telah lebih dulu berislam.

"Kebenaran suara hati saya mendorong saya bahwa ada satu-satunya cara untuk mencapai Kebenaran," ujarnya.

Pada waktu yang sama pecah Perang Korea yang memaksanya untuk berpindah sampai ke pelabuhan Pusan. Ia makin merenungi makna hidup. "Akhirnya saya berkata pada suami saya bahwa "oke, saya akan masuk Islam" setelah saya melihat, memang Islamlah satu-satunya benteng untuk menyelamatkan diri kita sendiri serta masyarakat," katanya.

Tentang keterlibatannya dalam dunia dakwah, tak lepas dari persinggungannya dengan Omar Kim, mualaf Korea pada tahun 1950-an.

"Dia telah memeluk Islam secara terbuka. Sebelum meninggal dia pernah berpesan, tepatnya mendesak kami, untuk menyebarkan pesan-pesan Islam dan mengundang orang untuk menerima Islam," ujarnya.

Usai perang, ia melaksanakan amanah Kim. Ia mendatangi keluarga korban dan menguatkan. Beberapa tertarik masuk Islam, beberapa lagi tetap menganut agama lamanya, namun hubungan mereka tetap terjalin hingga bertahun-tahun kemudian.

Setelah ini, dia mengarahkan perhatian terhadap anak-anaknya. Dia berkata, "Saya hanya memiliki dua anak perempuan saya menahan kesulitan tentang mereka. Tapi saya menyadari bahwa setelah semua ini, kebenaran yang bicara."

Yang dia ceritakan, adalah anak sulungnya. Ingin "merdeka", ia menolak segala bentuk campur tangan orang tuanya. Namun di usia 25 tahun, ia menerima berita lain, "Hati saya tenang bila mendengar Alquran dibacakan. Tapi saya akan mencari informasi yang maksimal tentang Islam sebelum memutuskan (untuk bersyahadat atau tidak)," ia menirukan omongan anaknya.

Setelah beberapa waktu, dia juga menerima Islam. Namanya diubah dari Yoong menjadi Jamila. Dia menikah dengan seorang Muslim Korea. "Putri saya yang lebih muda menerima Islam pada usia 20. Dia juga menikah dengan seorang Muslim Korea. Dia tinggal di Korea di dekat kami."

Ia tenang, mempunyai sandaran yang bisa diandalkan. "saya telah mempercayakan seluruh persoalan kepada Allah. Anggota keluarga yang lain belum Muslim, tapi saya telah mempertahankan hubungan ini tetap harmonis sesuai dengan prinsip-prinsip Islam," ujarnya.

Ia kini aktif berdakwah di kalangan wanita Korea. "Saya telah mendorong banyak wanita Korea untuk menerima Islam, saya telah membuat mereka memahami bagaimana Islam melindungi hak-hak bersama pasangan yang telah menikah, dan bagaimana Islam menyediakan dasar untuk kehidupan keluarga.. Segala puji bagi Allah, saya telah berhasil membimbing sejumlah besar wanita ke jalan Kebenaran."

Usaha ini bukannya tanpa rintangan. "Kesulitan lain adalah bahwa gadis-gadis yang baru menjadi Muslim harus tinggal di sebuah masyarakat di mana agama mayoritas memiliki otoritas. Untuk alasan ini, dalam rangka menjaga semangat gadis-gadis ini, adalah penting untuk mengatur pertahanan yang efektif. Pertahanan itu datang hanya melalui lembaga pendidikan Muslim. "

Ia bersyukur, para mualaf Korea cukup istikamah. Mereka umumnya juga menjadi pendakwah baru, seperti dirinya. Mereka juga terus didorong untuk aktif melakukan kegiatan sosial. "Itulah sesungguhnya inti pesan Islam, menjadi rahmat bagi siapa saja di sekelilingnya," ujarnya. (sumber: Islam Awareness)

Popular posts from this blog

Rahasia Alkitab/Injil Yang Menggemparkan Dunia

BERIKUT INI ADALAH SEBAGIAN INFORMASI YANG SELAMA INI DISEMBUNYIKAN OLEH GEREJA AGAR UMAT KRISTEN / KATHOLIK TIDAK MEMPELAJARI ALKITAB MEREKA SENDIRI SECARA MENDALAM, APALAGI SAMPAI DENGAN MEMBANDINGKAN ANTAR SATU KITAB DENGAN KITAB LAIN,  SANGAT DILARANG KERAS .   -------------------------------------------------------------------------------------- INDEKS AL-KITAB Kitab agama ini adalah milik umat Kristiani, dikenal dengan sebutan Alkitab atau Bibel (Inggris : Bible, Jerman : Bijbel), terdiri dari dua bagian kitab, yaitu Kitab Perjanjian Lama (PL) dan Kitab Perjanjian Baru (PB). Di dalam Perjaniian Lama Tuhan pernah berfirman bahwa orang-oran Israel itu sangat durhaka dan hobi merubah-rubah kitab suci (baca: Kitab Mikha 3:1 - 12 dan Ulangan 31:27). Akibatnya, kitab suci ini menjadi bercampur-baur antara kebenaran ilahi dan kesalahan-kesalahan manusiawi yang ditulis oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Maka Alkitab tidak boleh dibaca dengan doktrin yang harus diterima apa

Alasan Paquita Widjaya Masuk Islam

Angin dan Badai Mengantarkan Paquita Widjaya Kepada Islam Paquita Wijaya , itulah namaku. Sejak lahir aku memeluk agama Kristen Protestan. Kesempatan pernah mengenyam pendidikan Barat di Parsons School of Design New York, membuat cara berpikirku sangat rasional. Apalagi aku dibesarkan dalam kultur keluarga yang demokratis. Termasuk dalam menyikapi agama. Namun setelah rasioku ditundukkan oleh kenyataan bahwa kekuasaan Allah itu benar ada, aku pun bersyahadat dan masuk Islam. Sudah lama aku tertarik dengan Islam. Kupikir, ini agama yang paling rasional. Perlahan, aku tertarik dengan ritual Islam yang dijalankan Tanteku, seorang muslimah yang sempat tinggal bersama keluargaku. Tapi hingga suatu saat aku suting di pulau Nias, Sumatera Utara, aku belum juga memeluk Islam. Inilah awalnya.... Pulau Nias tiap hari diguyur hujan lebat, disertai angin dan badai. Dua bulan tim kami terperangkap di pulau itu. Tak ada pesawat yang berani terbang di tengah cuaca buruk. Padahal, aku harus se

Kisah Bernard Nababan Jadi Mualaf

Menjadi seorang pendeta adalah harapan kedua orang tuanya. Namun, kehendak Allah SWT mengantarkan Bernard Nababan pada kebenaran Islam. Bahkan, ia akhirnya menjadi juru dakwah dalam agama Islam. Saya lahir di Tebing Tinggi, Sumatra Utara, 10 November 1966. Saya anak ke-3 dari tujuh bersaudara. Kedua orang tua memberi saya nama Bernard Nababan . Ayah saya adalah seorang pendeta Gereja HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) di Sumatra Utara. Sedangkan, ibu seorang pemandu lagu-lagu rohani di gereja. Sejak kecil kami mendapat bimbingan dan ajaran-ajaran kristiani. Orang tua saya sangat berharap salah seorang dari kami harus menjadi seorang pendeta. Sayalah salah satu dari harapan mereka. Kemudian, saya disekolahkan di lingkungan yang khusus mendidik para calon pendeta, seperti Sekolah Pendidikan Guru Agama (PGA) Kristen. Lalu berlanjut pada Sekolah Tinggi Teologi (STT) Nomensen, yaitu