Skip to main content

Kisah Hidayah Mualaf Wanita Amerika Pasca Tragedi Bom Boston

Mualaf Wanita Amerika semakin kuat pasca Bom Boston

Ketika Karen Hunt Ahmed dan suaminya bercerai empat tahun lalu, banyak temannya yang bertanya, “Sekarang kau bisa keluar dari Islam lagi, kan?”

“Bagi mereka mungkin ini hanya seperti hobi. Memeluk Islam ketika saya menikah dengan seorang Muslim lalu kembali murtad ketika saya bercerai dengannya,” kata Hunt Ahmed, pemimpin Chicago Islamic Microfinance Project, yang ia dirikan bersama dua rekannya pada tahun 2009.

Hunt Ahmed (45) adalah seorang wanita Amerika yang menjadi mualaf saat akan menikah dengan seorang pria Muslim. Masuknya wanita ke dalam Islam terutama saat mereka akan atau telah menikah dengan pria Muslim, membuat beberapa orang berpersepsi bahwa mereka masuk Islam karena calon suami atau suami mereka yang mendominasi.

Stereotip seperti itu seakan semakin dihidupkan saat berita pemboman Marathon Boston mencuat. Ketika itu muncul kabar bahwa istri “tersangka” pemboman Tamerlan Tsarnaev, Katherine Russell, masuk Islam setelah bertemu Tsarnaev pada tahun 2009 atau 2010 ketika ia berusia sekitar 21 tahun.

Tamerlan Tsarnaev (26), ditembak polisi Boston dan gugur setelah penangkapannya. Sementara adiknya Dzhokhar (19), kini masih ditahan dan menghadapi tuduhan “terorisme”.

“Banyak media yang telah menggambarkannya [Russel] sebagai seseorang yang dicuci otaknya dan tidak tahu apa yang ia lakukan,” kata Edlyn Sammanasu, yang lahir dan dibesarkan oleh kedua orang tua yang Katolik. Sammanasu mulai mempelajari Islam ketika ia bertemu dengan suaminya yang seorang Muslim di perguruan tinggi, dan ia memeluk Islam ketika ia berusia 21 tahun.

“Ketika saya melihat liputan itu, saya pikir ini konyol,” kata Sammanasu, yang sekarang berusia 32 tahun. Ia adalah seorang penulis teknis di Fremont, California.

Seema Imam, seorang profesor pendidikan di Louis National University di Lisle, Illinois, juga melihat hal yang sama. Ia tidak dibesarkan dalam keluarga Muslim, tapi akhirnya ia memeluk Islam 40 tahun yang lalu pada usia 17 tahun.

“Setiap kali seseorang berbicara tentang mualaf Muslim, mereka mengaitkannya dengan sesuatu yang negatif, hal itu mereka lakukan dengan cara mengatakan, ‘Hati-hati, lihatlah apa yang terjadi ketika Anda menjadi Muslim,’” katanya.

Orang-orang Amerika yang masuk ke dalam Islam berasal dari latar belakang, ras dan etnis, serta interpretasi iman mereka yang berbeda-beda. Beberapa mualaf perempuan langsung memakai kerudung, beberapa lainnya tidak langsung.

Apa yang mereka dengar kemudian adalah tentang persepsi orang lain bahwa mereka tidak mampu membuat pilihan mereka sendiri dalam keputusan yang melibatkan pergulatan spiritual yang substansial.

Namun, yang mereka rasakan justru sebaliknya. Wanita adalah makhluk yang bisa berpikir sendiri. Demikian juga yang dirasakan Malika MacDonald Rushdan yang menjadi mualaf pada tahun 1995 setelah bercerai dengan suaminya yang Kristen. Dia mengucap syahadat di masjid Islamic Society of Boston di Cambridge, di mana Tsarnaev bersaudara sesekali shalat di sana.

“Keyakinan saya, menurut definisi, adalah untuk Sang Pencipta, bukan untuk suami saya,” tulis pengacara Ohio, Sarah Anjum, yang menjadi mualaf sejak hampir 10 tahun yang lalu, saat dia masih kuliah mempelajari gerakan politik Islam dan Arab, empat tahun sebelum ia bertemu dengan suaminya.

Sementara itu, beberapa Muslimah Amerika lainnya menjadi mualaf sebelum mereka menikah. Mereka mulai membaca segala hal tentang Islam. Mereka mengatakan hal itu sangat menyenangkan, mempelajari Islam sebelum bertemu dengan suami mereka di masa depan.

Kelly Wentworth (35), mengatakan kepada temannya yang berasal dari Yaman bahwa ia tertarik untuk belajar tentang Islam. Temannya itu lalu mengenalkan ia pada seorang profesor Muslim yang mengajar di Tennessee Tech, di mana pada saat itu ia dan teman Yaman-nya adalah mahasiswa yang sama-sama belajar di sana. Ketika ia kemudian mengatakan bahwa ia ingin memeluk Islam, temannya tidak merayakannya.

“Dia khawatir orang-orang akan berpikir bahwa saya memeluk Islam karena dia, atau bahwa dia yang memaksa saya untuk mengubah agama saya,” kata Wentworth, yang kini menjadi seorang insinyur perangkat lunak di Atlanta dan anggota dewan Muslim untuk Progressive Values, sebuah kelompok advokasi nasional. “Stereotip di luar sana, kami sedang bertarung melawan itu sekarang.”

Wentworth menjadi begitu khawatir tentang bagaimana teman-teman dan keluarga akan menilainya setelah berita tentang Russell Katherine mencuat. Hal itu membuat dia tidak bisa tidur selama beberapa malam.

Sebuah studi dari Pew Research Center 2011 menemukan bahwa sekitar 20 persen dari sekitar 1,8 juta Muslim di Amerika merupakan mualaf. Sementara studi Pew 2007 menemukan bahwa 49 persen menjadi mualaf pada usia 21 tahun. Penelitian 2007 juga menemukan bahwa 58 persen dari mualaf menjadi mualaf karena tertarik dengan Islam, dan 18 persennya karena alasan keluarga dan pernikahan.

Para mualaf wanita tersebut mengakui bahwa mereka telah mendengar tentang wanita Muslim yang terjebak dalam hubungan keluarga yang kurang harmonis, tapi kemudian mereka mengatakan bahwa hubungan seperti itu bisa dialami oleh semua wanita, bukan hanya wanita Muslim.

“Itu tidak ada hubungannya dengan agama,” kata Wentworth. “Itu masalah kepribadian.”

mualaf amerika pasca bom bostonKatherine Wilson, seorang mualaf dan penduduk Rhode Island yang bekerja dengan perempuan korban kekerasan dan pelecehan seksual, meyakini itu. Ia mengatakan kepada media, hanya dengan mengacu pada kisah Russell, mualaf wanita dipandang secara negatif oleh beberapa orang yang tidak mengenal mereka dan menganggap mereka mengambil keputusan yang bertentangan dengan kehendak mereka sendiri.

Sementara stereotip seperti itu masih mengganggu para mualaf wanita ini, banyak yang mengatakan bahwa mereka telah “kelelahan” karena harus menjelaskan keputusan mereka dalam memeluk Islam. Tapi hal itu tidak berarti bahwa mereka tidak berusaha untuk menjelaskannya kepada orang-orang yang belum memahaminya. Mereka tidak menyerah. Mereka semakin kuat.

“Akan selalu ada orang-orang yang menilai berdasarkan pada ketidaktahuan,” kata MacDonald Rushdan. “Saya akan terus melakukan apa yang saya selalu lakukan. Saya tidak akan menyesal menjadi seorang wanita yang takut kepada Allah, yang dengan imannya memberikan ia kedamaian dan kepuasan batin.” (banan/huffpost/arrahmah.com)

Popular posts from this blog

Rahasia Alkitab/Injil Yang Menggemparkan Dunia

BERIKUT INI ADALAH SEBAGIAN INFORMASI YANG SELAMA INI DISEMBUNYIKAN OLEH GEREJA AGAR UMAT KRISTEN / KATHOLIK TIDAK MEMPELAJARI ALKITAB MEREKA SENDIRI SECARA MENDALAM, APALAGI SAMPAI DENGAN MEMBANDINGKAN ANTAR SATU KITAB DENGAN KITAB LAIN,  SANGAT DILARANG KERAS .   -------------------------------------------------------------------------------------- INDEKS AL-KITAB Kitab agama ini adalah milik umat Kristiani, dikenal dengan sebutan Alkitab atau Bibel (Inggris : Bible, Jerman : Bijbel), terdiri dari dua bagian kitab, yaitu Kitab Perjanjian Lama (PL) dan Kitab Perjanjian Baru (PB). Di dalam Perjaniian Lama Tuhan pernah berfirman bahwa orang-oran Israel itu sangat durhaka dan hobi merubah-rubah kitab suci (baca: Kitab Mikha 3:1 - 12 dan Ulangan 31:27). Akibatnya, kitab suci ini menjadi bercampur-baur antara kebenaran ilahi dan kesalahan-kesalahan manusiawi yang ditulis oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Maka Alkitab tidak boleh dibaca dengan doktrin yang harus diterima apa

Alasan Paquita Widjaya Masuk Islam

Angin dan Badai Mengantarkan Paquita Widjaya Kepada Islam Paquita Wijaya , itulah namaku. Sejak lahir aku memeluk agama Kristen Protestan. Kesempatan pernah mengenyam pendidikan Barat di Parsons School of Design New York, membuat cara berpikirku sangat rasional. Apalagi aku dibesarkan dalam kultur keluarga yang demokratis. Termasuk dalam menyikapi agama. Namun setelah rasioku ditundukkan oleh kenyataan bahwa kekuasaan Allah itu benar ada, aku pun bersyahadat dan masuk Islam. Sudah lama aku tertarik dengan Islam. Kupikir, ini agama yang paling rasional. Perlahan, aku tertarik dengan ritual Islam yang dijalankan Tanteku, seorang muslimah yang sempat tinggal bersama keluargaku. Tapi hingga suatu saat aku suting di pulau Nias, Sumatera Utara, aku belum juga memeluk Islam. Inilah awalnya.... Pulau Nias tiap hari diguyur hujan lebat, disertai angin dan badai. Dua bulan tim kami terperangkap di pulau itu. Tak ada pesawat yang berani terbang di tengah cuaca buruk. Padahal, aku harus se

Kisah Bernard Nababan Jadi Mualaf

Menjadi seorang pendeta adalah harapan kedua orang tuanya. Namun, kehendak Allah SWT mengantarkan Bernard Nababan pada kebenaran Islam. Bahkan, ia akhirnya menjadi juru dakwah dalam agama Islam. Saya lahir di Tebing Tinggi, Sumatra Utara, 10 November 1966. Saya anak ke-3 dari tujuh bersaudara. Kedua orang tua memberi saya nama Bernard Nababan . Ayah saya adalah seorang pendeta Gereja HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) di Sumatra Utara. Sedangkan, ibu seorang pemandu lagu-lagu rohani di gereja. Sejak kecil kami mendapat bimbingan dan ajaran-ajaran kristiani. Orang tua saya sangat berharap salah seorang dari kami harus menjadi seorang pendeta. Sayalah salah satu dari harapan mereka. Kemudian, saya disekolahkan di lingkungan yang khusus mendidik para calon pendeta, seperti Sekolah Pendidikan Guru Agama (PGA) Kristen. Lalu berlanjut pada Sekolah Tinggi Teologi (STT) Nomensen, yaitu